Senin, 14 Mei 2012

Seperti Butir Hujan


Hidup penuh perjuangan. Hidup penuh pengorbanan. Itu yang selalu dibilang orang2 ke kita. Tapi apa itu benar? Mungkin itu juga salah satu pertanyaan yang kita pikirkan di dalam benak kita. Dan jika kita menanyakan itu kepada orang dewasa, maka mereka akan menjawab "Kalian akan mengerti saat dewasa nanti.". Pertanyaan besarnya adalah "kapan seseorang termasuk golongan dewasa?"

Ini sebenarnya mengingatkanku pada kata-kata dosen pendamping akademisku. Beliau bilang bahwa kamu seharusnya sudah dewasa, jadi bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Sekali lagi, pertanyaan muncul, "Apa yang baik dan apa yang buruk bagi tiap orang sering kali memiliki definisi yang berbeda-beda". Lalu, bagaimana? Ku pun memilih untuk tidak memikirkan hal yang memusingkan seperti itu. Maklum, orang malas sepertiku lebih memilih tidak peduli, walau sebenarnya sadar ataupun tidak, ku memikirkannya lebih berat dibanding orang yang katanya "memikirkannya". Samapi di saat mahasiswa baru 2011 masuk, dan mereka sebagian mendapat dosen pendamping yang sama denganku. Kami dikumpulkan oleh beliau, dan ditanyai tentang definisi dewasa. Banyak variasi jawaban dari para mahasiswa baru yang usianya terpaut 1-2tahun lebih muda dariku. Mereka menjawab dengan lantang dan menyakinkan, sebagaimana orang dewasa besikap. Luar biasa bagiku. Kemudian, dosenku menanyakan hal itu padaku. Seketika ku ingat apa yg beliau pernah katakan, namun terlupakan olehku. Kemudian, ku menjawab "Sebenarnya saya merasa saya belum cukup 'dewasa', namun menurut saya, dewasa berarti berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas apa yang telah kita putuskan itu". Saat itu, ku hanya bisa mengingat hal itu, namun sama sekali belum bisa melakukannya. Ku belum dewasa. Ku tidaklah dewasa. Saat itu, bahkan sampai saat ini.

Musuh terbesarku sebenarnya adalah sifat malas yang ku miliki ini. Ku tau apa yang harus ku lakukan, namun ku malas melakukannya. Sebenarnya ini pasti juga karena niatku tidak mantap, tapi apa yang harus kulakukan agar bisa memantapkan hatiku? Orang bilang, jika punya tujuan, pasti bisa. Namun, saat ditanya apa 'tujuan'ku, ku semakin bingung. Banyak hal yang terlintas dan terpikir di kepalaku. Dan itu semua membuatku semakin 'malas' dan akhirnya jangankan mendapatkan 'tujuan', ku bahkan kehilangan semangat melakukan aktifitas biasanya.

Kadang ku berfikir, apa ku bakal seperti ini terus selamanya. Jika iya, mungkin ku akan sama seperti butir air hujan di kaca. Saat butir air yang lain telah jatuh ke tanah, ku masih saja menempel di kaca. Dan saat butir air yang lain telah meresap, menghidupkan tumbuhan, menambah jumlah air dalam tanah, dan menjadi banyak hal lain, bahkan kembali tersiklus menjadi air hujan yang kembali menyejukkan bumi, ku telah kering di kaca itu. Kering, dan meninggalkan bercak yang mengganggu, dan sesegera mungkin ingin dilenyapkan orang. Menjadi sesuatu yang tidak berguna sudah menyakitkan, apalagi menjadi sesuatu yang membebani dan menyusahkan.

Ada kata-kata yang ku suka dari sebuah manga yang ku baca. "Kapan seseorang dikatakan mati? Apakah saat jantungnya tertembak? Apakah saat ia tertusuk pedang? Atau saat iya meminum racun? Tidak! Seseorang mati saat tidak ada yang membutuhkan dan mempedulikannya!."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar